Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2008

Komunikasi Politik Nahdhatul Ulama

"Kaum Sarungan" dalam Pergaulan Politik Judul buku: Komunikasi Politik Nahdhatul Ulama: Pergulatan Pemikiran Politik Radikal dan Akomodatif Penulis: Asep Saeful Muhtadi Penerbit: LP3ES, Jakarta, Desember 2004 Tebal: xxxiv + 296 halaman (termasuk indeks) Peresensi: Kholilul Rohman Ahmad (Pustakawan, alumnus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ngunut Tulungagung, Jawa Timur) Buku ini menganalisis dinamika politik ormas NU (Nahdlatul Ulama) dari sudut pandang komunikasi. Penulis menggunakan sampel NU sebagai kajian utama buku ini karena NU mempunyai basis warga yang signifikan untuk bahan kajian, selain dinamikanya selama bergelut di dunia politik telah banyak merasakan asin-manis-pahitnya. Gagasan utama buku ini terletak pada analisis atas keunikan faktor-faktor politik yang ikut mempengaruhi dinamika politik dalam konteks komunikasi, antara lain: kiai, pesantren, massa nahdliyin, dan adagium (bahasa) yang dipakai. Faktor-faktor ini menjadi satu-kesatuan komunikati

Sejarah Modern Awal Asia Tenggara

Judul buku: Sejarah Modern Awal Asia Tenggara Judul asli: Charting The Shape of Early Modern Southeast Asia (Thailand, 1999) Penulis: Anthony Reid Penerjemah: Sori Siregar, Hasif Amini, Dahris Setiawan Pengantar: RZ Leirissa Penerbit: Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004 Tebal buku: xxiv+398 halaman termasuk indeks Pergulatan Kawasan Rempah-Rempah Asia Tenggara merupakan kawasan strategis dalam menyelesaikan dilema krusial sejarah modern kewilayahan regional tahap awal. Tetapi apakah ini memang benar-benar sebuah kawasan? Pertanyaan bernada meragukan ini sering dikemukakan beberapa pengamat kewilayahan. Sebab berbeda dengan Eropa, India, Dunia Arab, Cina, bahkan seluruh Asia Timur yang “terpengaruh budaya Cina” ( sinicized ), Asia Tenggara tidak mempunyai persamaan agama, bahasa, atau kebudayaan klasik (kecuali negeri yang bersinggungan langsung dengan India) yang besar dan tidak pernah menjadi bagian dari sebuah negara ( polity ) tunggal. Namanya saja diberikan pihak luar untuk memu

Ijtihad Politik Ulama: Sejarah Nahdlatul Ulama 1952-1967

Judul buku: Ijtihad Politik Ulama: Sejarah Nahdlatul Ulama 1952-1967 Judul asli: Ulama and Politics in Indonesia a History of Nahdlatul Ulama 1952-1967 Penulis: Greg Fealy Penerjemah: Farid Wajidi, Mulni Adelina Bachtar Penerbit: LKiS Yogyakarta-The Asia Foundation, Maret 2003 Tebal buku: xx + 438 halaman Historiografi Kebudayaan “Jalan Tengah” Ulama Indonesia Argumen pokok yang dibangun buku ini adalah bahwa tindakan NU dalam berpolitik sama sekali bukan tanpa prinsip; NU sebenarnya selalu konsisten berpegang pada ideologi politik keagamaan yang meletakkan prioritas tertinggi pada “perlindungan terhadap posisi Islam dan para pengikutnya” (Greg Fealy). *** Masyarakat memandang ulama mempunyai tempat yang sangat tinggi dalam kehidupan sosial. Hal ini antara lain karena faktor sejarah penyebaran Islam di Indonesia terjadi ketika supremasi institusi khilafah (politik) sangat lemah. Memang ada lembaga politik Islam bernama sultan (: kesultanan dari Aceh hingga Nusa Tenggara) pada awa

Menggugat Tradisi-Pergulatan Pemikiran Anak Muda NU

Judul: Menggugat Tradisi: Pergulatan Pemikiran Anak Muda NU Editor: Zuhairi Misrawi Pengantar: Prof Dr Nurcholish Madjid dan KH Masdar F Mas’udi Penerbit: Penerbit Buku Kompas, Cet. I, September 2004 Tebal: xxviii+298 halaman tanpa indeks Pergulatan Pemikiran di Tubuh NU Tahun 2003 pada bulan Oktober, Nahdlatul Ulama (NU) menggelar Muktamar Pemikiran Islam di NU (MPI-NU) di Situbondo, Jawa Timur. Forum ini menjadi majelis pertukaran dan perdebatan pemikiran Islam di NU di mana hasilnya termuat lengkap dalam buku Menggugat Tradisi: Pergulatan Pemikiran Anak Muda NU ini. Laode Ida dalam NU Muda: Kaum Progresif dan Sekularisme Baru (2004) menyebut langkah semacam ini sebagai progresif. Menurut Masdar F Mas’udi, progresifitas NU tak lepas dari nalar liberalitas. Sebab, setidaknya, dalam dua puluh lima tahun belakangan ini NU intens menggunakan cara pandang Islam bukan sebagai ideologi melainkan sebagai konsep etika transendental-fundamental, sebagaimana dideklarasikan dalam MPI NU. Kebany

Teknik Sampling Analisis Opini Publik

Judul buku: Teknik Sampling Analisis Opini Publik Penulis: Eriyanto Penerbit: LKiS, Yogyakarta Cetakan: Pertama, Juli 2007 Tebal: xii+350 halaman Cepat Menghitung Peluang Politik Pada tanggal 8 Agustus 2007 dalam Pilgub DKI Jakarta perolehan suara Fauzi-Prijanto dan Adang-Dani sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Dengan metode survei tertentu, beberapa lembaga survei seperi LSI dan LP3ES, memprediksi bahwa kemenangan akan diperoleh pasangan Fauzi-Prijanto. Ternyata prediksi itu tidak meleset, hanya berbeda jumlah perolehan suaranya. Itu pun tidak meleset jauh, hanya meleset minus 2 sampai 5 persen suara. Demikian pula perkiraan atau survei LSI tentang popularitas bakal calon Gubernur Jawa Tengah HM Tamzil. Jauh sebelum pilgub digelar, prediksi popularitas seorang tokoh sudah bisa diukur. Hanya dengan sampel kurang dari 500 warga Jawa Tengah telah bisa diukur popularitas HM Tamzil sebanyak 57% mengungguli bakal calon lain ( Suara Merdeka , 16 Juli 2007). Hanya saja, yang ini kita harus

NU “Liberal"

Judul buku: NU “Liberal”: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme Islam; Penulis: Mujamil Qomar; Pengantar: Azyumardi Azra; Penerbit: Mizan, Bandung, April 2002; Tebal buku: 367 hlm (termasuk indeks); Peresensi: Kholilul Rohman Ahmad, Mahasiswa Aqidah Filsafat IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, alumnus Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ngunut Tulungagung, Jatim. Kontribusi Liberalisme NU tetrhadap Pluralisme Bangsa Dalam percaturan politik Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) adalah faktor. Meski secara eksplisit sering disebut sebagai organisasi kemasyarakatan non-politik, namun pengaruhnya dalam kehidupan politik tak bisa dinafikan. Perkembangan wacana menyangkut kebangsaan, kenegaraan, maupun keagamaan di masyarakat seolah belum sempurna perdebatannya jika dari NU belum ada komentar. Makanya, ketika arus besar demokratisasi menghendaki respon signifikan dari berbagai elemen –sebagai konsekuensi atas pluralisme bangsa—dari NU muncul “gagasan liberal” untuk merespon perkembangan