Langsung ke konten utama

Asia Future Shock-Krisis, Gejolak, Peluang


Judul buku: Asia Future Shock-Krisis, Gejolak, Peluang, Kegoncangan, Ancaman Masa Depan Asia

Penulis: Michael Backman

Penerjemah: Meda Satrio

Penerbit: Ufuk Press, Jakarta , 2008

Tebal buku: x + 292 halaman


Ramalan Krisis Global Asia


Krisis global atau krisis keuangan global yang sedang mendera Amerika Serikat. Inilah buah ketergantuan para investor bermodal besar pada spekulasi-spekulasi yang dominan dalam bisnis bursa efek. Sektor riil tidak banyak berjalan, tidak seperti yang selama 30 tahun belakangan ini menopang Asia .

Justru merosotnya mata uang global itu akibat bisnis riil tidak diperhatikan di sana . Alhasil, krisis pun dengan mudah mendera pada surat-surat bisnis bernilai milyaran dolar. Apakah kasus yang bikin panik Amerika dan Eropa itu akan merembet ke kawasan Asia ?

Tidak mudah memprediksi pola krisis keuangan global akan mendera Asia atau tidak, dalam kurun 3-6 bulan ke depan. Namun bila ditilik dari pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia yang lebih banyak ditopang kemandirian bisnis sektor riil, sebagaimana ditunjukkan buku karangan Michael Backman ini, juga pertumbuhan penduduk dan perimbangan kawasan-kawasan ekonomi penyangga, kekuatan ekonomi Asia cukup kuat melewati krisis jauh melebihi Negara Adidaya. Bila buku ini dibaca lebih mendalam, tampaknya, krisis keuangan global diprediksi tidak akan berpengaruh besar terhadap sistem ekonomi di Asia.

Gambaran yang disajikan Michael Backman begini: dengan penduduk dinamis di Jepang, India, dan Cina yang mencapai lebih 1 milyar manusia, 30 tahun mendatang penduduk Asia akan 400 juta orang lebih banyak daripada sekarang. India akan nyaris menjadi negara terpadat di dunia dan Mumbai akan menjadi kota terpadat di dunia.

Perekonomian Vietnam akan seperti perekonomia Guangdong . Korea Utara dan Selatan mungkin akan bersatu kembali. Asia akan menjadi rumah bagi separuh reaktor nuklir dunia. Cina akan menjadi negara dengan penutur bahasa Inggris terbanyak di dunia (hlm. 23).

Di Cina, penggunaan bahasa Mandarin akan membengkak setidaknya 50%. Cina akan memiliki angkatan laut kuat serta menjadi pengekspor utama persenjataan canggih. Seratus juta wisatawan Cina akan mengalir keluar dari Cina setiap tahun. Perusahaan-perusahaan multinasional India berskala besar akan merambah perekonomian dunia lebih dari yang sekarang mereka lakukan.

Perusahaan-perusahaan penting Asia akan dikendalikan oleh perwalian-perwalian amal. Afrika akan porak poranda oleh ketegangan etnis tetapi kali ini antara rakyat Afrika dan para imigran Cina, bukan India . Warga Jepang akan berkurang 20 juta dibandingkan sekarang.

Jumlah pria India dan Cina akan 250 juta lebih banyak daripada wanitanya, yang berkemungkinan menyebabkan kedua Negara itu memperbesar angkatan persenjataan mereka setelah bertahun-tahun ini melakukan perampingan. Dan Indonesia dan Malaysia akan kehabisan minyak; keduanya akan menyesali banyak peluang yang tersia-sia dalam sekian dasawarsa sebelumnya (hlm. 113).


Bukan Kebebasan Politik

Pemerintah-pemerintah Asia akan terus memberi warga mereka lebih banyak kebebasan, tetapi bukan kebebasan politik. Negara-negara yang sekarang tidak demokratis tidak akan semakin mendekati demokasi. Dan sekarang demokratis akan meninggalkan faham itu dan menjadi lebih otoriter. Model kebebasan ekonomi dan sosial tetapi tanpa kebebasan pelitik yang sebanding akan menjadi model pilihan ketika alternative-alternatif lain sudah dicoba dan dirasa kurang.

Partai-partai berkuasa di Cina , Vietnam , Malaysia , dan Singapura semakin tidak terlalu memedulikan apa yang dilakukan warga mereka asalkan tidak mengancam kekuasaan mereka. Perjanjian muncul antara pemerintah-pemerintah Asia dan warga mereka adalah “biarkan kami tetap memegang kekuasaan dan sebagai imbalannya kami tidak akan mengganggu kalian dan kami akan menyuguhkan pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan”. Akan tetapi kebebasan media dibatasi dan, ironisnya, internet dibujuk melayani autokrat-autokrat Asia , bukan menggoyahkan mereka (hlm. 78).

Bagaimanapun juga, demokrasi adalah hadiah karena sudah membangun perekonomian yang baik. Tidak ada perekonomian Barat yang benar-benar demokrats sebelum menjadi sangat kaya. Asia kelak akan mengetahui hal ini juga.

Walaupun populasi Asia secara keseluruhan meningkat, peningkatan ini lebih lambat daripada sebelumnya. Pertumbuhan populasi melambat akibat gabungan beberapa faktor, yang paling mendasar adalah kekayaan. Dalam bahasa ilmu ekonomi, anak merupakan “barang investor’: bila penghasilan meningkat, permintaan akan anak juga meningkat tetapi proporsinya mengecil.

Penghasilan yang lebih besar memungkinkan orang mengakses kesempatan-kesempatan baru. Akibatnya, membesarkan anak dirasa lebih sulit. Mereka lebih sering makan di luar, bepergian, mengejar hobi. Selain itu, ketika negara semakin kaya, keikutsertaan perempuan dalam angkatan kerja meningkat. Wanita menunda memiliki anak atau jumlah anak lebih sedikit karena memilih meniti karir.

Banyak wanita memutuskan tidak memerlukan seorang suami sebagai penjamin penghasilan sebab bisa mereka lakukan sendiri. Satu faktor final mengapa orang punya lebih sedikit anak bila perekonomian matang terkait dengan bantuan dalam rumah tangga: pembantu dan pengasuh anak semakin sulit didapat dan mahal, dan keluarga besar menjadi lebih kecil sehingga lebih sedikit kerabat yang bisa membantu mangasuh anak.


Bagaimana Indonesia ?

Apa tantangan perekonomian Indonesia dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang? Tantangan terbesar adalah menarik kembali para investor asing. Mengurangi korupsi dan meningkatkan transparasi adalah kuncinya. Siapkah Indonesia menerima tantangan ini? Menurut buku ini, membaca indikasi-indikasinya menunjukkan sejauh ini tidak ada kesiapan. Penyebabnya, antara lain, pungutan dan pembayaran tidak resmi di setiap sendi perekonomian Indonesia semakin sangat mahal.

Rakyat Indonesia bersikap fleksibel terhadap korupsi. Survei-survei memperlihatkan rakyat Indonesia cenderung mendefinisikan korupsi dari segi kuantitas. Korupsi adalah jika mengambil uang secara tidak semestinya yang berjumlah besar. Bahwa sah atau wajar saja jika orang-orang yang berkuasa memanfaatkan kedudukan untuk memperkaya diri. Hanya saja masyarakat jijik jika orang-orang itu terlalu serakah (hlm. 209).

Buku ini menyajikan 25 telaah penting mengenai masa depan Asia . Sebagian besar memperkenalkan sejumlah risiko dan peluang dalam beberapa dasawarsa mendatang, sebagai alat bagi para penyusun strategi dan rencana bisnis. Mungkin juga sesuai bagi anak-anak kecil, atau paling tidak orang tua mereka, sewaktu memimpikan karier masa depan. Buku ini cocok dibaca para perancang Indonesia.


Kholilul Rohman Ahmad, Pustakawan peminat masalah sosial kebudayaan tinggal di Magelang

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik, Zaman Kuno hingga Sekarang

Seputar Pertanyaan Filosofis dalam Filsafat Barat Judul buku : Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik, Zaman Kuno hingga Sekarang Penulis : Bertrand Russell Penerjemah : Sigit Jatmiko, Agung Prihantoro, Imam Muttaqien, Imam Baihaqi, Muhammad Shodiq Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet , November 2002 Tebal : xxvi+1110 halaman Konsepsi-konsepsi tentang kehidupan dunia yang kita sebut 'filosofis' dihasilkan oleh dua faktor: pertama, konsep-konsep religius dan etis warisan; kedua, semacam penelitian yang bisa disebut 'ilmiah' dalam pengertian luas. Kedua faktor ini mempengaruhi sistem yang dibuat oleh para filsuf secara perseorangan dalam proporsi yang berbeda-beda, tapi kedua faktor inilah yang, sampai batas-batas tertentu, memunculkan filsafat. Menurut Bertrand Russell, filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahua

Sejarah Modern Awal Asia Tenggara

Judul buku: Sejarah Modern Awal Asia Tenggara Judul asli: Charting The Shape of Early Modern Southeast Asia (Thailand, 1999) Penulis: Anthony Reid Penerjemah: Sori Siregar, Hasif Amini, Dahris Setiawan Pengantar: RZ Leirissa Penerbit: Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004 Tebal buku: xxiv+398 halaman termasuk indeks Pergulatan Kawasan Rempah-Rempah Asia Tenggara merupakan kawasan strategis dalam menyelesaikan dilema krusial sejarah modern kewilayahan regional tahap awal. Tetapi apakah ini memang benar-benar sebuah kawasan? Pertanyaan bernada meragukan ini sering dikemukakan beberapa pengamat kewilayahan. Sebab berbeda dengan Eropa, India, Dunia Arab, Cina, bahkan seluruh Asia Timur yang “terpengaruh budaya Cina” ( sinicized ), Asia Tenggara tidak mempunyai persamaan agama, bahasa, atau kebudayaan klasik (kecuali negeri yang bersinggungan langsung dengan India) yang besar dan tidak pernah menjadi bagian dari sebuah negara ( polity ) tunggal. Namanya saja diberikan pihak luar untuk memu

Antropologi Ziarah Kubur

Judul buku : Ziarah dan Wali dalam Dunia Islam Editor : Henri Chambert-Loir & Claude Guillot Penerjamah : Jean Couteau, Ari Anggari Harapan, Machasin, Andree Feillard Penerbit : Serambi Ilmu Semesta, Ecole Francaise d’Extreme-Orient, Forum Jakarta-Paris Cetakan : Pertama, April 2007 Tebal : 588 halaman Antropologi Ziarah Kubur Oleh: Kholilul Rohman Ahmad Buku ini pertama kali terbit dalam bahasa Indonesia yang secara antropologis mengkaji perkembangan tradisi ziarah kubur dan wali dalam komunitas Islam pada masa modern. Di luar polemik ziarah kubur –misalnya, ziarah dicap perilaku takhayul, bid’ah, dan syirik tapi bernilai penghormatan terhadap wali (manusia yang diunggulkan Tuhan)—buku ini memperlihatkan bahwa tradisi ziarah merupakan aspek multidimensi atas perilaku keagamaan manusia yang sangat penting di pelosok dunia. A sal-usul tradisi ziarah di dunia Islam secara detail belum terungkap, namun tidak dapat disangkal, menurut buku ini (hlm. 11), ziarah kubur meminjam tradisi